Rabu, 01 Januari 2020

Ojhung, Tradisi Turun Temurun Desa Bugeman Situbondo Untuk Tolak Bencana

Ojhung, Tradisi Turun Temurun Desa Bugeman Situbondo Untuk Tolak Bencana



Masyarakat di Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Situbondo, Jawa Timur menggelar tradisi Ojhung atau Ojung. Tradisi ini diyakini bisa menolak segala bencana.
Ojhung atau Ojung merupakan, kebudayaan dari Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo. Ojhung sendiri sudah dilakukan oleh para leluhur dan nenek moyang Desa Bugeman terdahulu.
Tradisi Ojhung ini dilaksanakan untuk menghindari bencana atau penolak bala. Selain itu juga sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan.
Alat-alat yang dipergunakan dalam tradisi Ojhung yaitu rotan yang telah dipersiapkan khusus oleh panitia penyelenggara, sedangkan untuk pakaian para pemain ojung diwajibkan hanya memakai sarung dengan kopyah, dan terdapat pula alat musik yang dimainkan untuk mengiringi pemain dalam melaksanakan tradisi Ojhung tersebut, seperti gamelan, gendang, dan gong. Aturan dalam aksi kesenian Ojhung ini tiap pemain memiliki jatah memukul dan menangkis masing-masing tiga kali.
Dalam lomba Ojhung tersebut, para petarung unjuk kebolehan memainkan senjata rotan untuk mencambuk badan lawan. Dalam lomba ini, setiap petarung diberi kesempatan tiga kali mencambuk badan lawan secara bergantian. Saat bersamaan petarung satunya juga harus pintar menangkis cambukan lawan juga dengan rotan. Siapa cambukannya paling banyak mengenai badan lawan, dialah yang menjadi pemenangnya.
Kepala Desa Bugeman, Udid Yulianto, mengatakan Ojhung menjadi salah satu ritual setiap melaksanakan selamatan desa. Selain itu, lokasi pelaksanaan juga sudah ditentukan, yakni di Dusun Belengguen, Desa Bugeman.
Konon, ritual Ojhung itu menjadi kewajiban selamatan desa atas petuah para pembabat desa, pada abad ke 13 silam. Sehingga menjadi tradisi turun temurun. Bahkan, hingga kini, tradisi lomba ojung tersebut masih dipertahankan.
“Di daerah lain ojhung biasanya menjadi ritual meminta hujan. Namun, di Desa Bugeman tidak sekedar itu, tapi sudah menjadi kewajiban ritual setiap selamatan desa. Sebab, jika tidak dilaksanakan, desa ini diyakini akan rawan bencana,” kata Udid, Selasa (4/12/2018).
Pantauan wartawan Faktualnwes.co di lokaso, ritual ojung dalam rangka selamatan Desa Bugeman ini, cukup menarik perhatian, ribuan warga dari berbagai desa di Situbondo, rela berdesakan untuk menyaksikan setiap petarung yang berlaga dalam lomba ojung tersebut.
Bahkan, gelaran ojung tersebut tidak hanya diikuti peserta dari Kendit saja, melainkan juga diikuti dari sejumlah desa di Kabupaten Situbondo. Selain itu, sebagian peserta diketahui berasal dari kabupaten tetangga, yakni, Kabupaten Lumajang, Bondowoso dan Probolinggo.
Sementara, Wabup Situbondo Yoyok Mulyadi, mengatakan tradisi ojhung ini perlu dilestarikan, apalagi dalam menyambut tahun kunjungan wisata yang dicanangkan pada tahun 2019 mendatang. Oleh karena itu, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada Kepala Desa (Kades) Bugeman, yang telah melestarikan tradisi ojhung ini hingga tiga generasi.
“Tradisi ojhung kalau tidak dilestarikan dipastikan hilang, maka disaat tradisi itu hilang akan menghadapi tragedi. Kami berharap tradisi ojhung ini dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung ke Situbondo,” tuturnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mifta Blog

Trolingkung Situbondo

Trolingkung Situbondo Musik Tong-tong adalah salah satu bentuk seni tradisional yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat berbuda...